aku hanya pemimpi, yang selalu bermimpi untuk mengubah hidup untuk lebih hidup...

Jumat, 15 April 2011

Genetika..Ilmu Pemecah Paradigma Masyarakat tentang "Kelainan"


Ketika telah disetujui oleh para ahli bawa gen terletak dalam kromsom maka orang segera ingin tahu struktur fisik dan kimia dari gen sehingga berkembanglah Genetika Molekular (Irawan, 2008). Maka, perkembangan ilmu genetika molekular yang lebih lanjut, diharapkan dapat menjawab segala fenomena-f
enomena yang terjadi, yang tidak lazim / yang jarang terjadi pada kehidupan masyarakat. Fenomena-fenomena yang tidak lazim itu mungkin disebabkan karena perubahan struktur fisik dan kimia dari gen tersebut, sehingga menyebabkan perbedaan informasi yang berimbas kelainan pada obyek yang terbentuk dengan induknya. Selain, itu perkembangan genetika molekular juga di harapkan dapat menghasilkan sesuatu yang bernilai dan bermanfaat untuk menunjang kehidupan manusia khususnya.
Banyak peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan masalah genetik. Seperti hal nya ayam yang berganti kelamin dari jantan ke betina yang terjadi di Huntington, Inggris. Ayam piaraan bernama Gertie itu mulai mondar-mandir di halaman rumah dan berkokok layaknya pejantan. Beberapa minggu kemudian, karakter pejantan mulai tumbuh, seperti pial di dagu, jengger di kepala, serta bulu coklat gelap khas pejantan. Jim Howard mengatakan pada Cambridge News, "Saya tahu ini kedengarannya aneh, tapi saya bisa memastikan ini semua benar. Orang pikir ini hal yang konyol, tapi ternyata ini adalah benar adanya. "Publikasi Institut Ilmu Pangan dan Pertanian Universitas Florida tahun 2000 menyatakan, "Perubahan kelamin nyatanya terjadi, meski tak begitu sering. Namun hingga sekarang, belum dijumpai perubahan dari jantan ke betina”. Perubahan kelamin ini bisa dijelaskan dari perkembangan biologis ayam. Pada masa embrionik, terdapat bakal kelamin jantan dan betina. Sekali gen betina dominan, maka ovarium akan berkembang. Tapi tak seperti manusia, ovarium ayam hanya berkembang di pinggang kiri saja. Sementara, bakal kelamin di pinggang kanan akan mengalami dormansi, tak berkembang menjadi jantan maupun betina. Bagian yang mengalami dormansi disebut ovotestis. Dalam kondisi tertentu seperti adanya kista, tumor ataupun penyakit kelenjar anak ginjal, ovarium ayam bisa mengalami degenerasi. Saat itulah, ovotestis  mungkin tumbuh menjadi organ kelamin jantan. "Jika bakal kelamin di sebelah kanan berkembang jadi testis, maka akan mensekresikan androgen," kata Mike Hulet, profesor ilmu peternakan di Pennsylvania State University. Androgen adalah hormon yang bertanggung jawab terhadap karakteristik jantan. "Produksi androgen inilah yang akan menyebabkan perubahan perilaku pada betina dan membuatnya bertingkah layaknya pejantan," ucap Hulet seperti dikutip Life's Little Mysteries kemarin (31/3/2011). Namun, ayam tak akan sepenuhnya menjadi jantan. Meski tampak jantan, secara genetik ayam seperti itu tetap betina. Jadi, meski tak akan mampu bertelur lagi, ayam yang berganti kelamin juga takkan mampu membuahi betina lain. Akibat pergantian kelamin (Dari Kompas, edisi 1 April 2011).
Dari problematika di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa, ayam tersebut pada mulanya, atau pada masa embrioniknya berkelamin betina dan pada masa dewasanya juga berkelamin betina. Namun karena ada beberapa masalah pada stadium embrionikya seperti penyakit atau adanya kista, maka memacu organ untuk berkembang dan berubah dari bentuk yang seharusnya. Perubahan organ dari bentuk yang seharusnya mungkin juga menyebabkan informasi genetik yang berbeda. Dari informasi genetik yang berbeda itu pula, di hasilkan suatu produk yang berbeda / tidak sesuai dengan produk yang pada semestinya di hasilkan. Pada problematika di atas di sebutkan bahwa jika bakal kelamin sebelah kanan berkembang menjadi testis, maka akan mensekresikan androgen, dan androgen bertanggung jawab terhadap kareteristik pejantan. Bakal kelamin jantan berkembang pada ayam ini, di sebabkan oleh adanya kista / penyakit yang memacu testis untuk berkembang, dan menghasilkan kode-kode genetik untuk memproduksi androgen. Meskipun demikian, ayam ini dikatakan sebagai ayam betina karena pada masa embrioniknya gen-gen betina lah yang lebih mendominan menyusun embrio ini.
Problematika tentang perubahan genetik yang lebih menghebohkan adalah berita dari surat kabar kompas edisi 7 maret 2011, tentang jamur parasit yang akan mengubah semut menjadi zombie. Disini menjelaskan bahwa peneliti temukan empat spesies jamur baru yang bisa mengubah semut menjadi zombie di Amazon. Penelitian yang terbit di jurnal PLoS One itu menunjukkan jika jamur Ophiocordyceps unliateralis bersifat parasit dan dapat hidup di empat spesies semut (Camponotini sp.) di daerah Zona da Mata, Brazil. Semut terinfeksi ketika mereka bersentuhan dengan spora yang dilepaskan jamur. Dalam waktu seminggu, semut akan berubah menjadi seperti zombie. "Tingkah laku semut berubah. Mereka menggantung di daun dengan menggigit bagian bawah dedaunan belukar," jelas Profesor David Hughes dari University of Pennsylvania yang juga pemimpin peneliti. Hughes juga menjelaskan jamur akan tumbuh di kepala semut menjadi seperti antena dan melepaskan sporanya ke udara. Spora itu jatuh ke tanah atau terbawa hujan sehingga dapat bersentuhan dengan semut lain. Temuan jamur yang membuat semut jadi zombie ini bukan pertama kali. Pada tahun 2009, Hughes menemukan semut zombie di Indonesia. Semut-semut zombie tersebut tergantung pada daun setinggi 25 cm di atas tanah pada lingkungan dengan kelembapan 95 persen--kondisi yang sempurna bagi jamur untuk tumbuh. Pada spesies-spesies yang ditemukan di Amazon, Hughes menemui perbedaan ukuran dan bentuk. Dua spesies jamur punya spora kedua yang membuat mereka punya kesempatan lebih banyak untuk menempel pada semut. Jamur-jamur baru ini, menurut Hughes, hanya berefek pada spesies semut tertentu saja. Para ilmuwan tidak melihat kesempatan untuk membuat pestisida dari jamur ini. "Penelitian menunjukkan kalau jamur ini hanya menyerang spesies tertentu. Kalau hama semut berasal dari banyak spesies, pestisida tersebut tak ada gunanya," kata Steve Shattcuk dari SCIRO Ecosystem Sciences.Hughes selanjutnya berencana pelajari jamur penyebab zombie di Kolombia, Guyana,



Brazil, Peru, Malaysia, Papua, dan Australia. (National Geographic Indonesia/Alex Pangestu)

                Disini dapat ditarik kesimpulan bahwa, semut ini akan terinfeksi ketika mereka bersentuhan dengan spora yang dilepaskan oleh jamur. Mungkin spora-spora itu terhirup oleh semut ketika bernapas, atau masuk melalui pori-pori kulit semut dan menyebabkan mutasi genetik. Masuknya spora-spora itu akan mengubah urutan asam-asam amino kode genetik semut, sehingga menghasilkan produk yang “aneh” dalam tubuh semut itu. Produk yang “aneh” tersebut akan memberi hasil atau dampak pada pola perilaku semut atau bentuk morfologinya.
Dan berita selanjutnya mengenai genetik adalah adalah tentang rekayasa genetik yang di lakukan oleh beberapa profesor di China yang sedang mengembangkan ASI dari susu sapi. Pengembangan ini dilakukan untuk menyediakan alternatif air susu ibu dan susu formula. ASI diketahui memiliki kelebihan karena mengandung zat yang mampu melawan infeksi yang meningkatkan kekebalan tubuh. Sejumlah gen manusia akan disisipkan pada DNA sapi perah holstein. Kemudian, embrio yang telah direkayasa genetik akan ditanamkan pada sapi wali. Embrio akan berkembang menjadi sapi yang berkemampuan memproduksi air susu setara ASI. Ning Li mengklaim bahwa dengan proses tersebut, sapi perah bisa menghasilkan susu sapi dengan kandungan nutrisi setara ASI. Kandungan lemak dalam susu sapi, misalnya, berhasil ditingkatkan sebanyak 20 persen. Beberapa nutrisi penting yang juga terdapat dalam susu sapi setelah proses tersebut adalah lisosim, senyawa antimikrobia yang secara alami terdapat dalam ASI serta lactoferrin dan alpha lactalbumin yang menunjang kekebalan tubuh. Ning Li mengatakan, rasa ASI sapi ini sedikit berbeda dengan ASI asli. "Rasa susu ini lebih menyengat dari susu normalnya," katanya. Ia juga mengklaim bahwa ASI yang dihasilkan oleh sapi tersebut aman untuk dikonsumsi. "Kami berencana untuk mengomersialisasikan riset dalam bidang ini selama tiga tahun. Tentang ASI sapi, 10 tahun atau lebih mungkin dibutuhkan untuk bisa menghidangkan susu ini ke gelas konsumen," kata Ning Li (Kompas, 4 April 2011)
Disini, dilakukan proses rekayasa genetik yaitu memasukan beberapa gen manusia yang berhubungan dengan ASI  dalam DNA sapi perah. Sapi perah di pilih karena sapi tersebut dapat menghasilkan susu dalam varietas yang unggul, volume susu yang banyak di bandingkan dengan sapi lainnya dalam waktu yang singkat. Setelah itu, akan terbentuk embrio hasil rekayasa dan kemudian akan di masukkan dalam rahim sapi perah wali. Embrio akan berkembang, dan kode-kode genetik akan bersatu dan menghasilkan suatu hasil / produk. Ketika embrio tersebut tumbuh dan lahir, maka embrio tersebut akan membawa hasil dari kode-kode genetik dari hasil rekayasa tersebut.
Dari ketiga problematika tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa banyak hal yang terjadi di kehidupan kita mengenai perubahan-perubahan genetik yang akan memunculkan suatu “produk” yang baru. Hal-hal seperti penyakit, kista, tumor, spora jamur dapat mengakibatkan perubahan urutan asam amino kode genetis. Perubahan tersebut akan berdampak pada individu yang mengalaminya, mungkin seperti individu itu berbeda dengan induknya atau individu yang lain yang sejenis. Individu tersebut mengalami mutasi pada kode-kode genetis nya, dan individu tersebut lazim disebut dengan mutagen. Selain itu, perubahan genetis  juga dapat dilakukan dengan rekayasa genetis. Sapi perah yang akan menghasilkan susu setara ASI contohnya, disini beberapa gen penyusun ASI pada manusia akan ditanam pada DNA sapi perah, yang kemudian akan dititipkan pada wali sapi untuk berkembang menjadi embrio dan selanjutnya lahir. Ketika individu sapi itu lahir, di harapkan membawa kode-kode genetis penyusun ASI. Kode-kode genetis penyusun ASI dan kode-kode genetis dari sapi perah akan bersatu dan mungkin akan menghasilkan susu yang setara atau melebihi kualitas dari ASI.  





DAFTAR PUSTAKA

Kompas, edisi 1 April 2011
Kompas, edisi 7 Maret 2011
Kompas, edisi 4 April 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar